20 Agustus 2008

Islam Memang Amat Sangat Menakjubkan

"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam"

Ada berapa agama yang sudah anda kenal? Agama apakah yang paling anda kenali? Lupakan saja semuanya, yang pasti semua agama mengajarkan kepada pemeluknya bahwa di luar diri manusia ada sebuah kekuatan yang amat sangat maha dahsyat besarnya. Dimana tak ada seorangpun yang mampu menandingi kekuatan ini. Agama itu juga mengajarkan kepada pemeluknya bahwa di luar diri manusia ada sebuah kehendak yang amat sangat maha besarnya, sehingga tak ada seorangpun yang mampu menghalangi kehendak itu. Kekuatan dan kehendak yang amat sangat maha dahsyatnya itulah yang kemudian dikenal dengan sebutan Tuhan.

Dialah Tuhan yang harus disembah dan dimintai pertolongannya melalui doa oleh para pemeluk agama masing-masing. Dia kita sembah (dengan melaksanakan sembahyang) karena kita takut akan kehendaknya yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Dia kita sembah karena kita takut akan azabnya yang amat mengerikan yang apabila itu dikehendaki menimpa kepada kita (sekeluarga) tidak akan ada kekuatan lain yang mampu menghalanginya. Kita meminta pertolongan kepadanya (dengan berdoa) karena kita percaya bahwa dialah yang mampu menolong kita dalam menghadapi segala kesulitan hidup di dunia ini.
Ada yang ingin saya tanyakan kepada anda yang berkaitan dengan kata sembahyang dan kata berdoa, atau lebih jelasnya orang sedang bersembahyang dan orang sedang berdoa. Pertanyaan saya adalah: “Bisakah anda membedakan mana orang yang sedang bersembahyang dan mana orang yang sedang berdoa?” He4x...........jawabannya tentu tergantung kepada siapa yang sedang bersembahyang dan siapa yang sedang berdoa. Apabila yang sedang bersembahyang dan yang sedang berdoa adalah orang islam (Muslim) maka tentu kita akan dengan mudah mengatakannya, ooo dia sedang bersembahyang…….atau ….ooo dia sedang berdoa. Masalahnya sekarang adalah bisakah kita membedakan apabila yang sedang bersembahyang atau yang sedang berdoa itu adalah bukan orang Islam. Hmmmmmmmm……he4x……susah bukan??
Itulah salah satu kehebatan Islam dibanding dengan agama selain islam yang ingin saya tunjukkan kepada anda sekalian. Islam memiliki konsep yang amat sangat jelas terhadap semua amalan-amalan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan lagi bagi umatnya. Islam memang amat sangat menakjubkan. Semoga anda memperoleh manfaat dari artikel singkat ini. Amien.
(Bent Kerrent, 20 Agustus 2008)


11 Agustus 2008

Mengapa Rukun Iman Ada Enam

Rukun iman ada enam. Itu sudah jamak, artinya sudah banyak yang tahu kalau rukun iman itu ada enam. Setiap muslim, sejak awal, sudah sangat faham apa itu rukun iman. Sehingga apabila ditanyakan kepadanya, rukun iman ada berapa dan apa saja rukun iman itu, tentu dia akan bisa menjawabnya dengan mudah. Tetapi pernahkah kita bertanya, setidaknya kepada diri sendiri karena mungkin kita tidak berani bertanya kepada orang lain apalagi kepada guru kita, mengapa rukun iman hanya enam. Sebuah pertanyaan yang amat sangat sederhana, tetapi belum pernah saya dengar sebelumnya. Bisa saja ini dianggap sebagai pertanyaan yang mengada-ada, atau hanya sekedar mencari sensasi belaka, atau untuk menguji sesorang tentang sejauh mana dia memahami islam. Tidak, sekali lagi tidak. Pertanyaan ini justru timbul akibat sebuah perenungan untuk mengetahui seberapa hebat ajaran islam. Insya’allah kita akan memperoleh hikmah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan beragama kita apabila kita bisa mendapat jawaban dari pertanyaan ini.

Banyak orang berbudi pekerti luhur yang telah kita kenal, diantaranya adalah para guru, ustadz, kyai, dan para ulama, bahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Tetapi mereka semua tidak termasuk dalam salah satu rukun iman. Ulama yang kita kenal sebagai Pewaris para Nabi (Warosatul Ambiya) juga tidak termasuk dalam salah satu rukun iman. Mengapa?

Sebelumnya mari kita renungkan terlebih dahulu tentang makna rukun iman. Makna rukun iman adalah sesuatu yang wajib untuk kita percayai. Kita berdosa apabila kita tidak mempercayainya. Kita termasuk golongan orang kafir apabila kita tidak mempercayainya walaupun hanya salah satu saja dari rukun iman itu. Kita berdosa apabila kita tidak percaya kepada adanya Allah, kita juga berdosa apabila kita tidak percaya kepada adanya Malaikat, karena Allah dan Malaikat adalah bagian dari rukun iman. Tetapi kita tidak berdosa apabila kita tidak percaya kepada Ustadz, kita juga tidak berdosa apabila kita tidak percaya kepada Ulama, karena Ustadz dan Ulama bukan merupakan bagian dari rukun iman.

Dengan berpijak kepada pengertian itu, jawaban dari pertanyaan mengapa rukun iman hanya enam sudah mulai terungkap. Rukun iman hanya enam karena yang enam itu tidak mudah dipalsu oleh siapapun. Andai ada orang yang mencoba berusaha untuk memalsukan yang enam itu, maka dengan sangat mudahnya kita dapat mengenali kepalsuannya. Mungkin memang ada Tuhan palsu, Malaikat palsu, Nabi palsu, Kitab suci palsu. Tuhan yang palsu, Malaikat yang palsu, Nabi yang palsu, dan Kitab suci yang palsu akan dengan sangat mudahnya kita mengetahui kepalsuannya. Tetapi bisakah kita mengenali orang baik yang palsu, guru yang palsu, atau siapapun yang palsu diluar dari rukun iman yang enam itu. Oleh karena terlalu sulitnya kita mengenali kepalsuan dari selain yang enam itu, maka Allah dan Rasulnya –Muhammad SAW- menetapkan bahwa Rukun Iman Hanya Enam.

Semoga dengan tulisan singkat ini, kita bisa memperoleh pelajaran yang bermanfaat, sehingga kita tidak mudah tertipu oleh indera kita sendiri. Sudah banyak kita dapati seseorang merasa sangat kecewa oleh karena dia terlalu mempercayai seseorang yang menurut penilainnya selama ini dianggapnya sebagai orang yang bisa dipercaya, tetapi ternyata semua yang dilihatnya hanyalah sebuah kepalsuan belaka. Marilah kita fahami dengan benar makna rukun iman dan marilah kita lebih waspada terhadap selain yang enam agar kita tidak salah dalam menilai sesuatu diluar rukun iman. 
Posting berikutnya berjudul : Mengapa Jari Kita ada Lima? sedang dalam penyelesaian. Harap bersabar untuk menanti kehadirannya. (Bent Kerrent, 11 Agustus 2008)