07 Desember 2009

Al Qur’an Memang Amat Sangat Menakjubkan .

Engkau belum mengenal Al Qur’an?
Jika belum, engkau termasuk golongannya orang-orang yang merugi di setiap hembusan nafasmu meskipun engkau telah menguasai dunia.
Engkau belum mengenal Al Qur’an?
Jika belum, engkau termasuk golongannya orang-orang yang tolol meskipun engkau telah mengaku sebagai orang yang pintar dan telah memiliki bermacam gelar.
Engkau belum mengenal Al Qur’an?
Jika belum, engkau termasuk golongannya orang-orang yang tidak waras meskipun engkau adalah orang yang cerdas.
Engkau belum mengenal Al Qur’an?
Jika belum, engkau termasuk golongannya orang-orang yang celaka meskipun engkau adalah orang yang gagah perkasa.

Wahai manusia, aku akan tunjukkan kepada engkau beberapa kabar dari Al Qur’an yang manusia tidak sanggup menyangkal kebenarannya. Salah satu diantaranya adalah yang tertera di dalam surat Ar Ra’ad ayat 2 yang berbunyi : ”Allah telah meninggikan langit tanpa sebuah tiangpun yang menyangganya, sebagaimana engkau bersama telah melihatnya”.
Semenjak aku membaca ayat ini hingga sekarang, memang tak pernah aku temui sebuah tiangpun yang menyangga langit dan langit itupun tetap kokoh tak pernah runtuh. Apakah engkau pernah menemui ada tiang yang menyangga langit?
Berita lain yang aku baca di surat At Taubah ayat 36 yang berbunyi : “Sesungguhnya hitungan bulan disisi Allah ada 12 dalam ketetapan Allah ta’ala di waktu menciptakan langit dan bumi, diantaranya 4 yang mulia”.
Nah………katanya manusia memiliki kebebasan yang sebebas-bebasnya untuk membuat sesuatu menurut kemauannya, tetapi mengapa mereka tidak mau membuat penanggalan/kalender yang jumlah bulannya tidak dua belas? Sepuluh bulan misalnya? Atau Sebelas bulankah? Atau tigabelas bulankah? Atau yang lebih banyak lagi dari itu. Semestinya bisa kan? Tetapi mengapa tidak ada yang mau membuatnya? Ini menandakan bahwa manusia itu sama sekali tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentang Al Qur’an, tetapi kebanyakan dari mereka tidak menyadarinya bahkan ada yang dengan sengaja tadak mau mengakui kekerdilannya. Naudzu billaahi min dzalik.

Wahai manusia, masih banyak lagi berita-berita yang tertera di dalam Al Qur’an yang kita tidak sanggup untuk menyangkal kebenarannya. Oleh karenanya, masihkah kita tidak mau mengenal Al Qur’an? Apabila engkau tidak ingin menjadi golongannya orang-orang yang selalu menderita kerugian di setiap hembusan nafasnya, apabila engkau tidak ingin menjadi golongannya orang-orang yang tersesat, apabila engkau ingin menjadi golongannya orang-orang yang berakal-sehat, dan apabila engkau ingin menjadi golongannya orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat nanti, maka kenalilah Al Qur’an. Karena hanya itulah jalan bagi orang-orang yang –dia dan seluruh anggota keluarganya- ingin selamat dari segala bencana di dunia dan di akhirat.
(Bent Kerrent, 10 September 2008)

30 Agustus 2009

Ulama Dan Kyai Palsu.

Menurut Rukun Iman, kita harus percaya kepada Allah. Menurut Rukun Iman pula kita harus percaya kepada Malaikat. Menurut Rukun Iman kita juga harus percaya kepada para Nabi. Mengapa? Karena Allah, Malaikat, dan para Nabi tidak ada yang bisa dipalsukan. Andaikata ada Nabi palsu, tentu akan dengan sangat mudah kita ketahui dan kita kenali. Apalagi Tuhan atau Malaikat palsu.

Menurut Rukun Iman pula, kita boleh tidak percaya kepada Ulama, Kyai, ataupun apalah namanya. Karena memang Ulama dan Kyai tidak termasuk kedalam Rukun Iman. Mengapa? Jawabannya tentu mudah sekali, yaitu karena kita tidak bisa membedakan mana Ulama yang palsu dan mana Kyai yang palsu. Setiap orang boleh saja berpenampilan seperti Ulama. Setiap orang sah sah saja mengatakan dirinya Ulama. Tetapi kita pun boleh saja dan sah sah saja apabila tidak mengakui dan memercainya.

Oleh karenanya, apabila anda tidak ingin terkecoh dengan penampilan sesorang. Apabila anda tidak ingin tertipu dengan pengakuan seseorang, maka renungkan dan hayatilah makna dari "Rukun Iman Hanya Enam". Apabila anda sudah benar-benar memahami dan menghayati Rukun Iman, insya'allah anda akan selamat dari kebohongan-kebohongan yang disampaikan oleh orang-orang yang menyaru sebagai Ulama ataupun Kyai.
Semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi kita bersama, Amien.

24 Juli 2009

Tuhan Palsu (bagian 2)

II. Tuhan harus "Tidak pernah Tidur apalagi Mati"
Kita semua pasti sudah saling mengetahui bahwa betapa besar tanggung jawab Tuhan terhadap keseimbangan alam semesta ini. Benda-benda yang ada di dalam alam semesta ini semuanya bergerak menurut kemauannya masing-masing, termasuk kita golongan manusia. Kemanapun benda-benda ini akan bergerak, tentu tidak ada yang bisa mengendalikannya. Dengan keadaan benda-benda yang seperti ini, yang bergaerak kesana kemari menurut kemauan masing-masing benda, tentunya memiliki potensi untuk saling berbenturan. Benturan antara dua buah kereta api saja sudah bisa mengakibatkan adanya korban jiwa yang tidak sedikit. Apalagi kalau yang berbenturan adalah antara dua buah planet yang besarnya amat sangat luar biasa. Tentu korban jiwa yang ditimbulkan akan menjadi lebih banyak lagi. Dan agar jangan sampai terjadi benturan antar benda-benda yang bergerak ini, pasti Tuhanlah yang menjaga dan mengendalikannya.
Disamping menjaga keseimbangan alam semesta ini, tentu masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh Tuhan. Oleh karenanya sangatlah tidak mungkin apabila Tuhan itu pernah tidur, apalagi mati. Kalau ada Tuhan yang tidur, apalagi mati, pastilah dia itu adalah Tuhan yang palsu. (Bersambung)

10 Juli 2009

Tuhan Palsu

Hmmmm......sepertinya kok mengada-ada saja. Tidak......saya tidak mengada-ada tapi yang ingin saya sampaikan disini adalah obsesi yang selalu membayangi saya setiap hari. Bahkan kalau hal ini tidak saya ekspresikan ke dalam blog saya ini, saya khawatir justru akan menjadi beban dalam pikiran saya dan akan terus mengganggu aktivitas saya sehari-hari. Setelah saya ungkapkan apa yang ada di benak saya ini, saya berharap semoga beban pikiran saya berkurang dan saya bisa berkonsentrasi memikirkan hal-hal lain yang bermanfaat, walaupun saya yakin, banyak orang yang tidak sepaham dengan saya. Meskipun begitu, saya harus tetap menyampaikannya kepada bangsa blogger, supaya ada kritik bagi konco blogger yang tidak sepaham dan ada manfaat bagi konco blogger yang bisa memakluminya.

Tuhan..........ya tuhan......pasti setiap orang mau meyakini bahwa Tuhan itu ada. Yang menjadi masalah kan kira-kira tuhan itu seperti apa. Tuhan itu seperti apa memang tidak mungkin ada orang yang bisa tahu. Dengan logika dasar saja hal itu sudah dapat ditebak, bahwa setiap barang yang dibuat, maka dia pasti tidak tahu siapa yang membuat. Bahwa setiap yang diciptakan, dia pasti tidak akan bisa tahu siapa yang menciptakan. Tetapi, meskipun Tuhan itu tidak bisa kita ketahui bagaimana wujudnya, tentu kita dapat merasakan akan keberadaanya. Karena keberadaan Tuhan itu sudah kita yakini, maka sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah membuat kriteria atau kualifikasi saja. Apa dan bagaimana sih kualifikasi yang harus dipenuhi oleh Tuhan?

I. Tuhan harus tidak diskriminatif.
Kalau saya buatkan kriteria seperti ini, saya yakin bangsa blogger pasti sepakat dengan saya. Dan, tentu harapan saya, tidak hanya bangsa blogger saja yang sepakat. Mau saya, semua orang yang membaca postingan saya ini juga menyatakan kata sepakat. Sepakat bahwa Tuhan harus tidak diskriminatif. Kalau ada Tuhan yang diskriminatif, maka berarti itu Tuhan yang palsu.

Berikutnya, marilah kita buat kualifikasi yang lain lagi. Tetapi sebelumnya saya mohon maaf terlebih dahulu karena untuk kualifikasi yang kedua ini saya harus menundanya dulu. Insya'allah nati atau besok akan saya lanjutkan lagi.

08 Juni 2009

Bolehkah Mengerjakan Sholat Sunnah Tanpa Harus mengerjakan Sholat Fardu?

Entah tiba-tiba saja pertanyaan itu terlintas dalam benak saya. Dan pertanyaan ini selalu mengobsesi saya setiap waktu masuk sholat fardu. Kalau saya jawab boleh, dasarnya apa dan kalau saya jawab tidak boleh dasarnya juga apa. Ah persetan dengan dasar hukum atau yang teman-temanku biasa menyebutnya dengan dalil. Apakah kalau saya tak menemukan dalilnya, lantas saya tidak boleh memutuskan suatu masalah untuk diri saya sendiri? Akhirnya saya putuskan saja bahwa tetap saja saya berdosa apabila saya mengerjakan sholat sunnah saja tanpa harus mengerjakan sholat fardu. Dengan keputusan ini, dampak yang terjadi pada diri saya yang pertama adalah saya lebih rajin mengerjakan sholat fardu dibanding dengan sholat sunnah. Kemudian dampak yang kedua adalah bahwa keputusan ini bisa saya kembangkan pada masalah-masalah yang lain. Misal, ketika datang bulan Ramadhan, bolehkah di bulan Ramadhan itu saya hanya mengerjakan sholat tarawih saja tetapi saya tidak puasa? Atau bolehkah saya hanya puasa saja tetapi saya tidak mengerjakan sholat fardu?

Maasya'allah, ternyata dengan berangkat dari sebuah pertanyaan ini, saya bisa memperoleh satu pelajaran yang amat berharga bagi perjalanan hidup saya. Bahwa sia-sialah semua kebaikan yang saya kerjakan sepanjang hidup saya apabila saya tidak melaksanakan keawajiban saya kepada Allah Sang Khaliq. Dan sebenarnya inilah yang telah dilakukan oleh orang-orang non muslim. Segala kebaikan, segala kebajikan mereka kerjakan seluruhnya, tetapi mereka tidak pernah memenuhi kewajibannya kepada Allah, karena memang pada doktrin mereka tidak ada apa yang disebut sebagai kewajiban. Mereka tidak mengenal mana yang wajib dan mana yang sunnah. Oleh karenanya, berbahagialah kita umat islam, karena ajaran islam ternyata begitu indah dan sempurna. Akhirnya saya menjadi ingat kepada Firman Allah yang berbunyi :"Wa man yabtaghi ghoiro islaami dinnan, falaa yu'bala minhu. Wa huwa fil akhiroti minal khoosirien".
Nah, oleh karenanya, marilah kita penuhi kewajiban kita terlebih dahulu sebelum kita melakukan perkara-perkara yang sunnah. Semoga Allah selalu menyertai langkah kita di setiap hembusan nafas kita. Amien, amien, yaa Robbal aalamien.