21 November 2008

Dialog Singkat Tentang Tuhan

Ini adalah satu peristiwa yang selalu teringat di benak saya apabila ada orang berdiskusi masalah Tuhan. Ketika itu anak bungsu saya yang baru berumur kira-kira empat tahun melihat temannya sedang bermain-main dengan mainan kesayangannya. Betapa ibanya rasa hatiku melihat anakku tidak bisa bermain-main dengan mainannya seperti anak anak tetangga yang sebayanya. Saya memang bukan termasuk orang yang beruntung, hingga untuk membelikan mainan untuk anak saja saya harus berpikir seribu kali. Tiba-tiba saya terkejut ketika dia bertanya, “Pa…..siapa sih yang membuat mainan seperti itu?” Hmmmmmm………saya yakin bahwa dia ingin memiliki mainan seperti yang dibawa oleh anak-anak tetangga itu, tetapi dia pun menyadari bahwa bapaknya tidak mungkin membelikan mainan itu untuknya, karena memang dia tahu bahwa bapaknya bukanlah termasuk orang yang kaya seperti bapak teman-teman sebayanya itu. Apabila saya menjawab bahwa yang membuat mainan itu adalah orang, pasti dia menyuruhku untuk membuatkan mainan itu.(Biasanya seorang anak mempunyai anggapan bahwa Bapaknya adalah orang yang pandai sehingga bisa membuatkan mainan untuknya). Tetapi mana saya bisa, sedang mainan itu diperoleh oleh teman-temannya dari ayahnya membeli di toko mainan. Agar saya tidak disuruhnya untuk membuatkan mainan itu, maka saya jawab pertanyaannya dengan: “Nak..........Yang membuat mainan itu adalah Pabrik ”. Saya berharap dia bisa mengerti dengan jawaban itu, tetapi dasar anak kecil yang rasa ingin tahunya selalu lebih besar, maka dia tidak mau berhenti sampai disitu saja. Diapun bertanya lagi kepada saya: “Pa…… pabrik itu bisa membuat apa saja sih?. Sejenak saya merasa gembira, karena keinginannya untuk memiliki mainan itu sudah terlupakan. Saya pun menjawab pertanyaannya : “Nak………..Pabrik itu bisa membuat aaaaaapa saja, yang diinginkan orang. Kalau orang menginginkan baju, maka pabrik membuatkan baju. Kalau orang menginginkan sepatu, maka pabrik membuatkan sepatu. Bahkan kalau orang menginginkan mobil, maka pabrik pun membuatkan mobil”. Sejenak dia terdiam, saya berharap dia sudah merasa puas dengan jawaban itu. Rupanya saya salah sangka, karena ternyata kemudian diapun bertanya lagi: “Pa…………kalau pohon itu siapa yang membuat?” Dengan segera saya jawab pertanyaannya: “Nak……….. yang membuat pohon itu adalah TUHAN”. Diapun masih bertanya lagi: “Pa…………. Tuhan itu bisa membuat apa saja sih?” Hmmmmmm………… dalam hati saya bergumam……ternyata anak saya adalah anak yang cerdas. Untungnya saya pun sudah menyiapkan jawaban yang paling tepat untuk anak yang cerdas ini. Tentu saya tidak menjawabnya dengan : “Tuhan itu bisa membuat aaaaaapa saja, yang diinginkan orang.” Kalau jawaban saya seperti itu, maka akan tertanam dengan kuat di dalam hati sanubari anak saya bahwa Tuhan itu sama dengan Pabrik. Tentu ini akan sangat membahayakan bagi perkembangan jiwanya. Dan sudah barang tentu saya pun tidak menginginkannya bukan? Maka jawaban saya atas pertanyaan itu adalah: "Tuhan bisa membuat apa saja yang tidak bisa dibuat oleh pabrik". Karena pabrik tidak bisa membuat binatang, maka Tuhan membuat binatang. Karena pabrik yidak bisa membuat bintang, maka Tuhan membuat bintang. Karena pabrik tidak bisa membuat Pohon, maka Tuhan membuat pohon. Dan yang lebih mengagumkan lagi adalah bahwa setiap orang boleh memiliki buatan Tuhan tanpa harus membayar kepada Tuhan.
Demikianlah yang bisa saya kisahkan kepada anda tentang pengalaman saya dengan anak bungsu saya. Semoga kita bisa memperoleh manfaat dari kisah ini. Amien yaaaa Robbal alamin. (Bent Kerrent)
.